Tari Kedempling atau Ronggeng Kedempling merupakan perpaduan antara tari pola topeng tumenggung dan pola tari tayub. Tarian ini mengandung dua unsur berbeda pula, yakni unsur cirebonan dan unsur priangan.
Nama Kedempling diambil dari sebuah nama ragam jenis gamelan yang bentuknya tidak berpenclon (temprak), di wilayah Cirebon dan Indramayu disebut juga gamelan laras alit/sundari yang digunakan sebagai gamelan pengiring tarian ini (Stephanie: 2014).
Sejarah
Tarian kedempling mulai tumbuh di Kabupaten Majalengka Utara seperti daerah Ligung, Jatitujuh, dan Randegan. Kesenian ini mulai tumbuh diperkirakan pada tahun 1938.
Nilai dan Makna
Secara nilai dan makna, nilai-nilai kebersamaan dalam gerakan Tari Kedempling yang ditata ulang oleh Sukarta memperlihatkan kehalusan sikap, keindahan budi pekerti dan kekompakan masyarakatnya.
Gerakan
Gerakan Tari Kedempling yakni, gerakan gedut, jalak pateuh, koma, oyag bahu, jangkung ilo, ngayun satengah keupat, barongsay, ngincek, pakbang, dan ngongkrak panjang.
Busana
Adapun busana yang digunakan dalam tarian ini lebih sederhana dari Tari Topeng Tumenggung dengan modifikasi pada dasi, tutup dada, sabuk, kaca mata (sebagai pemberian dari para mandor yang ikut menari), juga keris.